Rajawali
Kamis, 29 Maret 2012
Do you know???
Do you know....?
1 .Orang yang mencintai kamu tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu, yang ia tahu di matanya hanya ada kamu Satu2Nya.
2.Kalau kamu sudah memiliki pacar atau kekasih ia tidak perduli, buat dia yang penting kamu bahagia dan kamu tetap impiannya.
3.Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya, dimatanya kamu salalu yang tercantik walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah berlebihan atau kamu merasa kegemukan :P.
4.Orang yang mencintai kamu selalu ingin tahu tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini,ia ingin tahu kegiatan kamu.
5.Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan sms seperti "selamat pagi", "selamat tidur" walaupun kamu tidak membalas pesannya.
6.Kalau kamu berulang tahun dan kamu tidak mengundangnya setidaknya ia akan menelpon utk mengucapkan selamat atau mengirim pesan.
7.Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa setiap detailnya karena, saat itu adalah sesuatu yang berharga untuknya.
8.Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata2 yang kamu ucapkan bahkan mungkin kata2 yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.
9.Orang yang mencintai kamu akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan mungkin meminjam CD/cassette kamu, karena ia ingin tahu kesukaanmu, kesukaanmu kesukaannya juga.
10.Kalau terakhir kali kalian bertemu kamu sedang sakit mungkin flu, terkilir, atau sakit gigi, beberapa hari kamudian ia akan mengirim sms dan menanyakan keadaanmu.karena ia mengkhawatirkanmu.
11.Kalau kamu bilang akan menghadapi ujian ia akan menanyakan kapan ujian itu, dan saat harinya tiba ia akan mengirimkan sms "good luck"untuk menyemangati kamu.
12.Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa , tetapi itu ialah suatu barang yang isitmewa buat dia.
13.Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat,saat sedang berbicara ditelpon dengan kamu,sehingga kamu menjadi bingung, saat itu dia merasa sangat gugup karena kamu telah mengguncang dunianya.
14.Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada di dekatmu dan ingin menghabiskan hari2nya denganmu.
15.Jika suatu saat kamu harus pindah ke kota lain untuk waktu yang lain ia akan memberikan nasehat supaya kamu waspada dengan lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk bagimu.
16.Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.
17.Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal-hal yang konyol seperti menelponmu 100 kali dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah malam,karena ia mengirim sms atau menelponmu.karena ia saat itu ia sedang memikirkan kamu.
18.Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal2 yang membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak akan melakukannya lagi.
19.Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dengan sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!
20.Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sebagian besar "INBOX"nya.Ya ia masih menyimpan pesan dari kamu walaupun pesan itu sudah kamu kirim sejak berbulan2x bahkan bertahun2x yang lalu.
21.Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu, walaupun hal itu membunuh hatinya.
22.Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada di sana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain. Ya... ia selalu menunggumu.
Adakah orang yang memperlakukan kamu dengan cara2 seperti di atas? Kalau ada, tahukah kamu kalau kamu sangat beruntung?
tentang saya
Cinta telah hadir diantara dua pribadi, yang dulunya tidak saling mengenal.
Karena cinta mempersatukan kedua pribadi menjadi saling mencintai dan menyayangi untuk selamanya.
Cinta suci ini selalu bersemi dengan indahnya,,,,,,
Meski banyak godaan n tantangan yang di hadapi,
Biarlah cinta ini menjadi berkat bagi oarang lain.
let our Love the blessed of God.
Karena cinta mempersatukan kedua pribadi menjadi saling mencintai dan menyayangi untuk selamanya.
Cinta suci ini selalu bersemi dengan indahnya,,,,,,
Meski banyak godaan n tantangan yang di hadapi,
Biarlah cinta ini menjadi berkat bagi oarang lain.
let our Love the blessed of God.
Selasa, 27 Maret 2012
Karya Tulis
BAB
I
PENDAHULUAN
Penulis
menjelaskan tentang latar belakang masalah, penjelasan judul, alasan pemilihan
judul, tujuan penelitian, hipotesa, batasan masalah, metode penulisan, serta sistematika
penulisan.
A.
Latar
Belakang Masalah
Bangsa Indonesia sedang
dilanda berbagai krisis.salah satunya yang terberat adalah krisis keteladanan
dari para pemimpin. keteladanan adalah satu kata yang mudah diucapkan dan dapat
dipahami, namun harus disadari bahwa ternyata keteladanan itu sukar untuk
dilakukan. Saat ini ditengah-tengah gereja juga dilanda dengan krisis keteladanan kepemimpinan.pemimpin-pemimpin gereja begitu
mudah memberi nasehat,ceramah kepada umat tetapi seringkali tidak dapat diteladani.
Dunia sangat membutuhkan
keteladanan, dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.
Hendaklah engkau sungguh-sungguh dalam pengajaran mu. (Tit. 2 : 7). Diharapkan para pekerja Tuhan dapat
menjadi teladan dihadapan anggota jemaat, anggota jemaat dimampukan untuk
meniru mereka di dalam berbangai hal, khususnya dalam perkataan, tingkah laku,
kasih, kesetiaan, kesuciaan.
Berdasarkan kenyataan diatas, dalam
karya tulis ini penulis akan membahas dampak konsep pengajaran Paulus di dalam hidup Timotius tentang keteladanan,
bahkan melihat apa dampak keteladanan dalam pelayanan, dalam keluarga,dalam
pemuda remaja. sebagai orang Kristen yang percaya bahwa Alkitab adalah dasar iman dan sumber
pengetahuan yang luar biasa, maka penulis menyusun karya tulis ini dengan judul”Konsep
Pengajaran Paulus Tentang Keteladanan Dalam I Timotius 4: 12 “.
B. Penjelasan
Judul
Penulis
memberikan gambaran yang jelas mengenai karya tulis ini, sehingga tidak terjadi penafsiran yang
keliru. Maka penulis memberikan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan
dalam judul karya tulis ini yaitu”Konsep Pengajaran Paulus Tentang Keteladanan
Dalam I Timotius 4: 12”.
1. Konsep Pengajaran Paulus
Konsep adalah “ide, pengertian,
gagasan”.[1] Pengajaran adalah ”proses, cara,
perbuatan mengajar atau mengajarkan”.[2] Sedangkan
Paulus
yaitu ”Rasul
dalam perjanjian baru”.[3]
Konsep
pengajaran adalah gagasan proses mengajar rasul dalam perjanjian baru.
2. Tentang
keteladanan
Tentang
keteladanan diartikan hal yang dapat ditiru atau dicontoh,
hal yang dapat ditiru oleh orang lain dari diri seseorang.
3. Dalam I Timotius 4: 12
I
Timotius 4: 12 : “Salah satu surat
penggembalaan yang di tulis oleh
Paulus dalam Alkitab.
C.Alasan
pemilihan Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis
adalah;
Pertama,
untuk mengetahui dan memahami konsep pengajaran Paulus tentang keteladanan.
Kedua,
memberikan penjelasan mengenai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, agar
bukan hanya sekedar teori,bukan hanya sekedar pengajaran theologia, melainkan
nyata dalam kehidupan pribadi demi pribadi.
Ketiga, untuk melihat ada tidaknya dampak
pengajaran Paulus tentang keteladanan bagi gereja masa kini.
D.Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
Pertama,
mengetahui konsep pengajaran keteladanan Paulus dalam realitas kehidupan
sehari-hari menurut I Timotius 4 : 12.
Kedua,
memberikan penjelasan bangaimana prinsip keteladanan Paulus.
Ketiga,
melihat ada tidaknya dampak pengajaran Paulus tentang keteladanan bagi masa
kini.
Keempat,
tujuan individu yaitu untuk melengkapi
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Muda Theologia.
E.Rumusan
Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam karya
tulis ini adalah:
Pertama,
bangaimana konsep keteladanan Paulus dalam I Timotius 4:12?
Kedua,
bangaimana prinsip keteladanan Paulus dalam I Timotius 4:12?
Ketiga,
apakah ada dampak keteladanan Paulus dalam kitab I Timotius 4:12 bagi masa
kini?
F.Hipotesa
Menurut A.M. Sumarno hipotesa adalah
“kesimpulan sementara yang diambil sehubungan dengan masalah yang diselidiki”.[6]
Adapun hipotesa yang penulis ajukan
dalam karya tulis ini adalah “ adanya dampak konsep pengajaran Paulus tentang keteladanan dalam I Timotius 4:12”.
G.Batasan
Masalah
Batasan masalah dalam karya tulis ini penulis
membahas konsep keteladanan menurut I Timotius 4 : 12.
H.Metode penulisan
1.Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah
Pertama,
metode deskripsi induktif, yaitu
menjelaskan dan mengemukakan hasil
pengamatan dari literatur biblika.
Kedua,
Penulis menggunakan data-data peninggalan tertulis yang terdapat dalam injil
tulisan I Timotius serta beberapa pendukung lainnya.
Ketiga,
Metode Deskripsi Metode ini digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada masa sekarang obyektif dalam suatu
deskripsi situasi.
Keempat,
metode ini digunakan untuk data-data dari buku refrensi yang digunakan guna
menarik suatu pernyataan atau kesimpulan yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi.
2.Metode
Pengumpulan Data
Penulis
menggunakan metode komperatif dalam pengumpulan data ini yaitu membandingkan
buku yang satu dengan yang lain untuk mencari kebenaran
3.Metode
Pengolahan Data
Penulis
mengolah data –data dengan metode-metode sebangai berikut:
3.1
Metode komperatif
Metode
ini digunakan untuk membandingkan data-data dari refrensi buku yang digunakan
untuk mendapatkan perbedaan atau persamaan yang berhubungan dengan pembahasan.
3.2
Metode Analisa Teks
Penulis
menggunakan Metode menganalisa data-data yang ada secara detail untuk
mengetahui maksud dari apa yang ditulis.
4.Metode Menarik Kesimpulan
Penulis
menggunakan metode induktif, untuk menarik kesimpulan yaitu data-data sabagai
premis, dibentangkan secara luas untuk disimpulkan.
I.Sistematika
Penulisan
Karya tulis ini dibagi menjadi empat
bab yang secara garis besar isinya adalah sebagai berikut:
Bab
pertama,
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,penjelasan judul, alasan
pemilihan judul, tujuan penelitian, hipotesa, batasan masalah, metode penelitian,
sistematika penulisan.
Bab
kedua,
Deskripsi kitab I Timotius, penulis,
latar belakang, alamat surat, waktu penulisan, tujuan penulisan, dan garis
besar kitab Timotius.
Bab
ketiga,
Konsep pengajaran paulus tentang keteladanan menurut I Timotius 4 : 12 yang
berisi deskripsi tentang keteladanan, konsep keteladanan,prinsip keteladanan,
dampak keteladanan.
Bab keempat, Penutup yang berisi kesimpulan dan
beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi para pembaca, serta daftar
pustaka.
BAB
II
DESKRIPSI
KITAB I TIMOTIUS
A.Penulis
Kitab I Timotius
Kitab
I Timotius merupakan salah satu surat dari Paulus, yang sering juga
Disebut
surat penggembalaan. Surat penggembalaa ini adalah surat kepada Timotius (di
Efesus) dan surat kepada Titus(di kreta) mengenai pelayanan pastoral di gereja.
Kitab Timotius ini memuat azas yang benar dan petunjuk-petunjuk untuk mengatur
jemaat dan cara mengatasi ajaran guru-guru palsu. Kitab Timotius ini juga
merupakan surat yang dapat menguatkan dan memotivasi.
1.Penulis
Gaya bahasa dan
kosakata yang berbeda antara surat kiriman Paulus yang lain dan surat kepada
Timotius, membuat orang mempersoalkan tentang penulisan surat kepada Timotius.
Namun hal itu tidak menjadi masalah yang serius karena gereja mula-mula
menempatkannya sebagai surat paulus yang asli dan surat kepada Timotius merupakan ungkapan dari
perhatian pribadi Paulus kepada Timotius
pada usia lanjut.
I Timotius 1:1 dikatakan “Dari
Paulus” jelaslah bahwa yang menulis kitab Timotius adalah Paulus. Untuk
menjawab keraguan akan penulisnya Paulus, maka dengan adanya perbedaan gaya
bahasa maka kita mendapat alasan yang tepat. Menurut Ensiklopedia alkitab jilid
2 halaman 479, “surat-surat ini dialamatkan kepada rekan-rekan sekerjanya yang
paling akrab, karena itu merupakan surat –menyurat Paulus yang berbeda dari
suratnya kepada jemaat-jemaat yang lainnya”.[7]
Nama asli Paulus adalah Saulus (nama
yang diambil dari bahasa ibrani), tetapi setelah bertobat nama diganti menjadi
paulus (dalam bahasa yunani).Saulus berasal dari suku Yahudi dan ia sangat
bangga dengan keyahudiaannya, ia berasal dari suku Benyamin dan juga memiliki
kewarganegaraan Roma.Ia lahir di Tarsus dan ia mendapat banyak pelajaran dari
kota Tarsus tentang cara hidup bangsa yang bukan Yahudi.oleh karena itu,
waktunya tiba ia dapat memperkenalkan injil dengan cara yang sangat baik.
Ciri-Ciri Khas Surat ini Adalah:
Pertama , Surat ini yang dialamatkan langsung
kepada Timotius sebagai wakil Paulus di jemaat Efesus, sangat pribadi dan
ditulis dengan perasaan yang mendalam.
Kedua, Surat
ini menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara injil agar tetap murni
dan bebas dari ajaran palsu yang melemahkan.
Ketiga, surat
ini menekankan nilai unggul dari injil, pengaruh setan dibelakang semua
pencemaran, panggilan Gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah
bagi para pemimpin.
Keempat: Surat
ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bangaimana seorang
gembala membangun hubungan dengan orang yang ada disekitarnya.
Dari
keterangan-keterangan diatas sudah jelas bahwa penulisnya tidak diragukan lagi
adalah Paulus.
2.Latar
Belakang Penulisan
Paulus menulis surat I Timotius ini
sesudah peristiwa-peristiwa yang
tercantum dalam akhir Kisah Para Rasul.hukuman penjara yang pertama kali
dialami oleh Paulus di Roma (Kis 28) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17).Setelah
itu, menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan kanon
Muratorial (sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat
ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya.Berdasarkan
data-data dalam surat-surat penggembalaan ini, maka Paulus kemudian kembali ke
daerah Laut Aegea untuk pelayanan selanjutnya.Sementara waktu ini (sekitar
tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai wakil Rasuli untuk melayani
di Efesus, dan Titus di Kreta.Dari Makedonia Paulus menulis surat yang pertama
kepada Timotius.Setelah itu, Paulusdi tawan kembali di Roma. Paulus menulis surat ini karena dia tidak
tinggal lama di Efesus dan dia meninggalkan rekannya Timotius untuk melayani
jemaat di Esesus[8].
2.1
Alamat surat
Surat timotius
dapat dipastikan adalah surat Paulus yang ditujukan kepada Timotius, sesuai
dengan yang tertulis dalam I Timotius 1:2. yang sah secara iman bagi paulus.(1
tim 1:2).
Timotius percaya kepada Tuhan atau
menjadi anak yang sah dari Paulus setelah dia bertemu dengan Paulus dalam
pekabaran injil di Listra makedonia.
“Adina Chaman mengatakan Timotius
jadi teman Paulus dalam pelayanan Paulus. Paulus meninggalkan Timotius di
Efesus untuk melayani jemaat disana,Timotius telah menjadi pemimpin, dia
dipilih Allah, para penatua bahkan oleh Paulus....".
Surat
I Timotius ditujukan kepada Timotius yang mengemban tugas pelayanan, sebagai
anak yang sah secara iman dan sebagai rekan sekerja Paulus di Efesus.
2.1.1 Waktu dan Tempat Penulisan
Paulus menulis surat yang pertama
kepada Timotius dari Makedonia, dan beberapa waktu kemudian ia menulis surat
kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis
surat yang kedua kepada Timotius. Tidak lama sebelum ia mati syahid pada tahun
67-68 M.
Adina Chapman berpendapat surat ini
ditulis “waktu Paulus dalam perjalanan pekabaran injilnya yang pertama”[9].
Menurut J.wesley “ditulis pada tahun
65 M atau 66 M”[10].
“Penulisan kitab I Timotius ini
ditulis oleh Paulus pada waktu ia berada di Makedonia dan Timotius di Efesus
pada tahun 64-65 M”[11].
Jadi
dapat diambil kesimpulan surat kepada Timotius ditulis sekitar tahun 64-66 M di
Makedonia.
2.1.2
Tujuan Penulisan kitab I Timotius
Paulus mendelegasikan tugas
pelayanan kepada seorang Hamba Tuhan yang masih muda, dimana pada saat itu
situasi pelayanannya ada ajaran sesat yang muncul, dan yang sangat
membahayakan. Sehingga Paulus menulis surat dengan 3 maksud memberikan
dorongan, semangat,dalam melayani Tuhan.
Menurut diktat Agus Suryanto surat
penggembalaan Paulus memiliki 3 maksud yaitu:
1. Menasehati
Timotius mengenai kehidupan pribadi dan pelayanannya.
2. Mendorong
Timotius untuk mempertahankan kemurnian injil dan standarnya yang kudus dari
pencemaran guru-guru palsu.
3. Memberikan
pengarahan kepada timotius mengenai berbagai urusan Gereja dan persoalan gereja
di Efesus.[12]
Survei:
Salah
satu hal yang disampaikan paulus kepada pembantu
Mudanya
ialah supaya Timotius tetap berjuang untuk mempetahankan iman yang sejati dan
membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa injil yang
menyelamatkan(1Tim3:1-7). Paulus juga menginstuksikan Timotius mengenai
syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan
gambaran secara tersusun dari macam orang yang diijinkan menjadi pemimpin
gereja.
Paulus mengajarkan Timotius bangaimana cara
bergaul dengan berbagai kelompok dalam jemaat.Seperti perempuan (ITim2:9-15),
janda-janda (ITim5:3-16), laki-laki tua dan muda (ITim5:1), para penatua
(ITim5:17-25), budak (ITim6:1-2), guru palsu (ITim 6:3-10), dan orang kaya
(ITim 6:17-19). Paulus memberikan lima instruksi jelas kepada Timotius yang
harus dilakukannya. Di dalam surat ini Paulus menyatakan kasih sayangnya kepada
timotius sebangai anak rohaninya dalam iman dan mengajukan suatu standar
kesalehan yang tinggi untuk kehidupan dan gereja.[13]
Ciri-Ciri Khas:
Empat ciri utama yang menandai surat ini
adalah :
Pertama,
surat ini dialamatkan langsung kepada Timotius sebangai wakil Paulus di jemaat
Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan mendalam.
Kedua,
Surat Timotius lebih menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara injil
agar tetap murni dan bebas dari ajaran palsu yang melemahkan kuasanya untuk
menyelamatkan.
Ketiga,
Surat ini menekankan nilai unggul dari injil, penggaruh setan dari semua
pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi ditetapkan Allah bagi
para pemimpin.
Keempat,
Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bangaimana
seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita serta
dengan semua kelompok usia sosial dalam gereja.
3.Garis
Besar Kitab I Timotius
Tema utama dari kitab I Timotius
adalah nasihat kepada seorang Gembala muda mengenai tingkah laku pribadi dan
pekerjaan pelayanan.
Ayat
kunci: I tim 3:15.
Ikhtisar:
Bagian I. Terutama berisi nasihat
tentang doktrin dan pengajaran, pengalaman pribadi.
Pasal I
1.Salam
I Ti 1:1,2
2.Nasihat
dalam hal berurusan dengan guru-guru yang menganut paham legalisme
(mementingkan pelaksanaan hukum secara lahiriah) yaitu:
Pertama,
Yang lebih menekankan hal-hal yang tidak perlu dari pada kesalehan; yang
bukannya membangun karakter/watak namun menyebabkan pertengkaran (I Tit3-6).
Kedua, Yang berhasrat menjadi guru yang mengajarkan
hukum taurat tanpa mengetahui makna dari hukum tersebut.
3.Pengalaman
Paulus
Pertama, panggilannya pada pelayanan
sementara ia masih giat menentang injil (I Tit 1:12,13).
Kedua, pernyataanya akan kasih karunia
Illahi dan pengakuannya akan ketidak layakannya (I Tit 1:14,15).
Ketiga, tujuan Kristus dalam memakainya
sebagai contoh dalam menahan penderitaan panjang(I Tit 1:16).
4.Perintah
yang serius yang mula-mula diberikan kepada Timotius (I it 1:18-20).
Bagian
2. Doa dan nasihat yang diberikan kepada pria dan wanita.
Pasal
II
1. Doa
syafaat bagi semua orang (1 Tit 2:1-4).
2. Kristus
adalah pengantara (1 Tit 2:5,6)
3. Paulus
adalah Rasul bagi orang-orang bukan Yahudi (1 Tit 2:7)
4. Kewajiban
pria dan wanita (1 Tit 2:8-15)
Bangian
3. Pengawasan rohani, syarat-syarat penilik dan diaken.
Pasal
III
1. Syarat-syarat
seorang penilik:
1.Watak
dan cara hidup pribadi (1 Tit 2:2,3)
2.Sikap
terhadap keluarga (1 Tit3:4,5)
3.Pengalaman dan reputasi yang baik
(1 Tit 3:6,7)
2.
Syarat diaken
1.watak dan cara hidup pengalaman
kekristenan ( 1 Tit 3:8,9)
2.Diuji dalam jangka waktu tertentu (1
Tit 3:8,9)
3.Terbukti
setia kepada istrinya, mempunyai wibawa dalam rumah tangganya (1 Tit 3:11,12)
4.keuntungan
menjabat sebagai diaken (1 Tit 3:13)
3.Tujuan
surat ini ditulis (1 Tit 3:15)
4.Rahasia
inkarnasi Kristus (1 Tit 3:16)
Bagian ke IV. Pemberitahuan tentang
apa yang akan terjadi dan nasihat-nasihat.
Fasal IV.
1.Pemberitahuan
akan adanya masa kemurtatan dimasa yang akan datang dan kelaziman doktrin
ajaran setan yang akan merusak keluarga secara berlahan-lahan dan akan
menimbulkan perpecahan (1 Tit 4:1-4)
2.Nasihat
mengenai pengajaran, tingkah laku, teladan, dll.
1.Tanda-tanda pelayan Kristus yang
baik (1 Tit 4;6)
2.Keunggulan kepercayaan kepada
Tuhan (1 tit 4:7,8)
3.Pentingnya teladan yang saleh (1 Tit
4:12)
4.kewajiban
untuk rajin membaca dan mengajar, dan latihan dari karunia pribadi (1 Tit 4:13,14)
5.Pentingnya
perenungan dan pengabdian secara total, ditambah dengan kewaspadaan dalam
tingah laku pribadi supaya dapat membawa pengaruh yang baik (1 Tit 4:15,16)
Bagian V. Peraturan pelayanan
Pasal V.
1.Berlaku
sopan terhadap orang tua maupun orang muda (1 Tit 5:1,2)
2.Sikap
jemaat terhadap janda-janda (1 Tit
5:3-16) Catatan:Bangian ini dengan pengetahuan tentang latar belakang zaman dan
kondisi sosial waktu itu.
3.Kewajiban
para penatua jemaat (1 Tit 5:17-20)
4.Kewajiban
untuk bertindak adil (1 Tit 5:21-22)
5.Nasihat
mengenai masalah pribadi (1 Tit 5:23-25)
Pasal VI
6.Kewajiban
para hamba (1 Tit 6:1,2)
7.Kewajiban
untuk memisahkan diri dari guru-guru yang suka bertengkar/berdebat (1 Tit
6:3-5)
8.Berkat
dari kepuasaan (1 Tit 6:6-8)
9.bahayanya
kekayaan, dan kewajiban pelayan Tuhan untuk menghindari ketamakan/iri hati (1
Tit 6:9-12)
10.Perintah
sungguh-sungguh kepada pelayan yang masih muda ( Timotius) untuk memelihara
Doktrin yang murni sampai datangnya raja segala raja (1 Tit 6:13-16)
11.Nasihat
memperingatkan orang kaya supaya tidak tinngi hati (1 Tit 6:17-19)
12.perintah
terakhir untuk kesetiaan dan menghindari ajaran palsu (1 Tit 6:20,21)
BAB III
KONSEP PENGAJARAN PAULUS TENTANG
KETELADANAN DALAM I TIMOTIUS 4:12
A.Deskripsi Tentang
Keteladanan
1.Arti Kata Keteladanan
Keteladanan
berasal dari kata teladan, persamaan kata teladan adalah hikmah, patron, pertimbangan, ikutan,
nasihat.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia:“Keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau
dicontoh, tidak perlu diragukan lagi”.[14]
Keteladanan dalam bahasa metafora adalah
sebagai bentuk personal impact, diibaratkan “terang”.Terang harus bercahaya
didalam kegelapan, terkadang bisa menelanjangi yang disembunyikan, yang
ditutup-tutupi. Keteladanan adalah cara untuk mendapatkan wibawa, bagi seorang
pemimpin kewibawaan adalah hal yang sangat penting, karena tanpa kewibawaan
seorang pemimpin tidak akan mampu menggerakkan anak buahnya. Kewibawaan seorang
pemimpin rohani bukan terletak pada hal-hal yang lahiriah seperti kekayaan,
usia, kepintaran, melainkan dalam keteladanan hidup.Bila mana orang percaya
melihat dalam diri pemimpin itu mencerminkan Kristus maka dengan sendirinya
mereka akan menghormatinya.
Keteladanan adalah pengaruh yang ideal,
menjabarkan tingkah laku dan pengaruh yang dapat mengembangkan kepercayaan
pengikutnya, para pengikunya bersimpati kepada sang pemimpin dan ingin
menirunya dan menyanjungnya karena dipandang memiliki keberanian, kemampuan dan
keteguhan pendirian yang luar biasa. Keteladanan
adalah praktek pertama kepemimpinan yang berhasil, karena memandang begitu
pentingnya keteladanan sehingga konsep kepemimpinan di kembangkan sebangai keteladanan
kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah sebuah integritas
hidup, artinya seorang pemimpin harus sama dengan perkataannya, bukan hanya
sekedar pameran dari apa yang dilihat orang lain dari luarnya, pemimpin yang
baik tetap menjaga integritasnya walaupun tidak ada orang yang melihatnnya. Sebagai
contoh, pada malam hari ia melewati
lampu merah yang sepi, tidak satu orang pun disana, seandainya ia menerobos
lampu merah tidak satu orang pun yang tahu. Namun seorang pemimpin yang
berintegritas, tidak akan melakukan hal ini sekalipun tidak ada seorang pun
yang tahu.
Seorang pemimpin didefenisikan sebagai
orang yang dipandang:
-Menunjukkan
ciri-ciri kepemimpinan.
-Memiliki
kepercayaan, nilai, atau sikap yang atau orang tanggap terhadapnya secara
positif.
-Mengerjakan
hal-hal yang orang kagumi dan akan meneladaninya seandainya mereka bisa.
Seorang
pemimpin yang baik adalah kepemimpinan yang terhadapnya kebanyakan orang
tampaknya memberikan respon. Ken Blanchard dalam bukunya Hati Seorang Pemimpin
menyatakan bahwa:
“Segala hal yang
tidak layak dikerjakan, tidak layak dikerjakan dengan baik”Blancharrd sadar
bahwa tidak masuk akallah bagi orang untuk efisien dalam mengerjakan apa yang
seharusnya mereka tidak kerjakan sedari awalnya. Evaluasilah setiap harinya
dengan menanyakan, “sudahkah aku mengerjakan yang bener-benar penting hari
ini”.[15]
Pemimpin
yang baik membantu orang-orangnya meraih
kemenangan.Jika ada yang gagal pemimpinlah yang menerima tanggung jawab atas
kegagalan itu. Tugas utama pemimpin
adalah membantu orang-orangnya sukses dalam mencapai sasaran-sasaran mereka.
Dan jika orang mencapai sasaran-sasarannya dan menang, maka semua orang akan
menang.
Pemimpin memiliki daya tarik, Pemimpin-pemimpin yang sangat kharismatik
menarik banyak orang, namun pemimpin-pemimpin yang paling sederhana sekalipun banyak
pengikutnya. Kalau tidak, mereka bukan pemimpin. Daya tarik seorang pemimpin
bisa mempengaruhi orang lain secara intlektual, emosional, ataupun kemauan. Tidak
semua pemimpin mempengaruhi orang lain dengan hal yang sama, atau menggunakan
hal yang sama dalam mempengaruhi orang lain. Pemimpin-pemimpin terbesar
mempengaruhi pikiran, hati, serta kemauan para pengikutnya. Daya tarik seorang
pemimpin dapat dikembangkan, dan dijadikan matang. Seperti kwalitas baik
lainnya yang terdapat dalam diri pemimpin, daya tarik dapat dikembangkan. Kemampuan
memaparkan visi serta menarik simpati orang dapat ditingkatkan.
Pemimpin bukan hanya menyangkut
sesuatu yang anda perbuat, melainkan sesuatu menyangkut siapa anda.Itulah
alasannya mengapa pemimpin yang baik memiliki daya tarik yang baik. Orang-orang
tertarik kepada siapa mereka sesungguhnya, pemimpin yang efektif berasal dari siapa pemimpinnya, dari sanalah
segalanya dimulai. Kebanyakan orang memfokuskan diri pada sasaran-sasaranya,
mencurahkan waktu dan tenaga untuk mencapai sasaran-sasarannya. pemimpin menginginkan hasil, namun perbuatan
haruslah didahului dengan sikap. Seorang pemimpin yang baik mungkin mengutus
orangnya ke dalam pertempuran, namun seorang pemimpin besar memimpin sendiri
dan orang menghormatinya karena turut serta dalam upaya tersebut.Untuk menjadi
pemimpin yang dapat di percaya, harus dapat mencocokkan kehidupan dengan pesan
yang disampaikan.Kalau karakter tidak konsisten dengan komunikasi, jelaslah
bahwa hal itu bukan pemimpin yang baik. Untuk mencapai sasaran-sasaran yang
lebih tinggi, maka harus menjadi pemimpin yang efektif. Untuk menarik
orang-orang yang lebih baik, harus menjadi orang yang lebih baik. Untuk mencapai
hasil-hasil yang lebih besar, harus menjadi orang yang berkarakter baik.
Seorang pemimpin yang memperlihatkan
konsistensi karakter, kompetensi, dan tekad membuat pernyataan yang kuat
terhadap orang-orang yang ada disekelilingnya, maka orang-orang akan tertarik
kepadanya. Siapa dia sesungguhnya, apa yang ia perbuat, dan hasil-hasil yang
dicapainya sesungguhnya, apa yang ia perbuat, dan hasil-hasil yang dicapainya,
semuanya klop, maka konsistensi itu menarik orang banyak kepadanya seperti
magnit.
Pemimpin adalah pemimpi. Pemimpin
harus banyak bermimpi, karena melalui bermimpi mereka dapat membawa
organisasinya, keluarganya, atau kumpulannya menuju suatu yang lebih baik. Dalam
buku Pemimpin Adalah Pemimpi Carl Sandburg menyatakan bahwa:”Tidak akan terjadi
apa pun kecuali didahului oleh sebuah impian”[16]
Impian
adalah suati visi, gambaran cetak biru masa depan, yang nantinya nanti akan
menjadi kenyataan.Ternyata defenisi kepemimpinan sangat luas, sebab kepemimpinan
itu juga jabatan kompleks, penulis mencantumkan defenisi kepemimpinan dari para
tokoh-tokoh kepemimpinan:
Max
De Pree :Liberating people to do what is
required of them in the most affective
and humane way possible.
James
c. :Leadership is the abilityto
obtain followers.
Jhon
W .G :Leadership is the process of
persuasion or example by whice a individual (or leadership team) induces a
group to pursue objective heald by leader or shared by the leader and his or
her followers.
Carl
E.Larson :Effective leader give team
members the self confidence to act, to make charge of their responsibilities,
and make change occur rather than merely perform assigned tasks.In short
leaders create leaders.
Stephen
C :Leadership is your choice –your
action not your position.
Mempunyai
koleksi defenisi kepemimpinan saja tidak penting.Yang lebih penting adalah
bagaimana mengimplemetasikannya dalam diri kita.Bangaimana kita membawa dunia,
lingkungan, keluarga di sekeliling kita kepada suatu perubahan, perubahan yang
memiliki arah, harapan atau hidup yang lebih baik.
Pemimpin dalam konsepsi Alkitab, bukan berarti
seseorang disebut pemimpin rohani (Kristen) karena ia seorang Kristen atau
melibatkan diri dalam pelayanan Kristen. Pemimpin Kristen berarti pemimpin yang
mengenal Allah secara pribadi dalam Kristus dan memimpin secara
kristiani.Pemimpin Kristen adalah pribadi yang memiliki perpaduan antara
sifat-sifat alamiah dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat
alamiahnya mencapai efektivitas yang benar dan tertinggi karena dipakai untuk
melayani dan memuliakan Allah.Sedangkan sifat-sifat spiritualitas kristianinya
menyebabkan ia sanggup mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk menaati
dan memuliakan Allah. Sebab daya pengaruhnya bukan dari kepribadian dan
ketrampilan dirinya sendiri, tetapi dari kepribadian yang diperbaharui Roh
Kudus dan karunia yang dianugrahkan Roh Kudus.
Pemimpin Kristen berbeda dengan pemimpin alamiah
(sekuler/umum) dalam beberapa hal.Pemimpin rohani mengenal Allah, mencari
kehendak Allah, menaati kehendak Allah, bergantung pada Allah, mengasihi Allah
dan manusia, dan akhirnya memuliakan Allah. Sedangkan pemimpin alamiah hanya
mengenal manusia, membuat keputusan sendiri atau organisasi, berusaha mencapai
sasaran pribadi atau organisasi, bersandar pada cara-cara sendiri, bergantung
pada kuasa dan ketrampilan diri sendiri, mengutamakan hasil kerja dan cenderung
mengabaikan manusia.
Ada beragam definisi mengenai
kepemimpinan rohani atau Kristen yaitu:
“Kepemimpinan adalah pengaruh.” (Oswald J. Sanders)
“Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.” (Robert Clinton)
“Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi.” (George Barna)
“Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah.” (Henry & Richard Blackaby)[17]
“Kepemimpinan adalah pengaruh.” (Oswald J. Sanders)
“Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.” (Robert Clinton)
“Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi.” (George Barna)
“Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah.” (Henry & Richard Blackaby)[17]
Dari
beberapa definisi di atas terlihat bahwa kepemimpinan rohani memiliki persamaan
dengan kepemimpinan umum dalam hal mempengaruhi atau menggerakkan orang lain,
mensyaratkan kemampuan fungsional dan membimbing kepada tujuan tertentu.
Sedangkan perbedaannya, kepemimpinan rohani berdasarkan panggilan Allah, bukan
dari manusia atau organisasi; melaksanakan tugas dalam lingkup agenda/rencana
Allah, dengan berdasarkan karakter Kristus, dan menuntun kepada tujuan yang
Allah kehendaki, bukan tujuan organisasi atau manusiawi.
Seorang teladan artinya sosok yang patut ditiru atau dijadikan panutan oleh orang lain, menjadi role model. Dunia akan selalu butuh dan haus akan keteladanan untuk dijadikan pelalajaran berharga agar lebih baik lagi kedepannya. Paulus mengingatkan mengenai pentingnya keteladanan dalam pelayanan seperti yang disampaikan kepada Timotius.”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang percaya, dalam perkataan mu, dalam tingkah laku mu, dalam kasih mu, dalam kesetiaan mu dan dalam kesucian mu”( 2 Tim 4:12) .Terlihat jelas bahwa sesungguhnya masalah menjadi teladan tidak hanya urusan orang tua atau dewasa saja, tapi harus sudah diaplikasikan di usia muda. Menjadi teladan bukanlah hal yang mudah tapi wajib untuk dilaksanakan.
Seorang teladan artinya sosok yang patut ditiru atau dijadikan panutan oleh orang lain, menjadi role model. Dunia akan selalu butuh dan haus akan keteladanan untuk dijadikan pelalajaran berharga agar lebih baik lagi kedepannya. Paulus mengingatkan mengenai pentingnya keteladanan dalam pelayanan seperti yang disampaikan kepada Timotius.”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang percaya, dalam perkataan mu, dalam tingkah laku mu, dalam kasih mu, dalam kesetiaan mu dan dalam kesucian mu”( 2 Tim 4:12) .Terlihat jelas bahwa sesungguhnya masalah menjadi teladan tidak hanya urusan orang tua atau dewasa saja, tapi harus sudah diaplikasikan di usia muda. Menjadi teladan bukanlah hal yang mudah tapi wajib untuk dilaksanakan.
2.Analisa
Keteladanan
Pilihan Paulus tidak salah, karena Timotius
menunjukkan bekerja dengan bersungguh-sungguh. Ia menunjukkan pengabdian yang
tulus untuk menerima setiap tugas dalam bentuk apapun yang diberikan kepadanya.
Ia tidak pernah membantah kepercayaan yang diberikan kepadanya. Semuanya itu
diterimanya dengan baik dan bertanggung jawab.
Dia sering mendapat tugas khusus dari Paulus untuk ke
beberapa tempat untuk mengatasi persoalan di dalam jemaat.Timotius pernah diutus
untuk pergi ke kota Berea, Makedonia, Korintus, Filipi dan Tesalonika. Ternyata
pelayanan Timotius tidak selamanya berjalan mulus.Di dalam pelayanannya, dia
mendapatkan dua hambatanYaitu:
Hambatan pertama, Timotius adalah rasul muda yang
tengah menghadapi persoalan di tengah jemaatnya. Mereka adalah bagian dari
jemaat yang dilayaninya, yang kemudian murtad dan mengikuti roh-roh penyesat
dan ajaran setan-setan (1 Tim 4:1). Dua di antara berasal dari luar dirinya
yaitu berupa ajaran sesat. Mereka adalah bagian dari jemaat yang dilayaninya,
yang kemudian murtad dan mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (1
Tim 4:1). Dua di antara penyesat itu bernama Himeneus dan Filetus (2 Tim 2:17).
Mereka bukan orang yang sembarangan.Kemampuannya mengolah kata membuat Timotius
mendapat nasihat untuk menghindari perdebatan yang dianggap kosong
itu(2Tim2:16). Ajaran ini mengajarkan tentang keutamaan tubuh. Tubuh harus
dijaga dengan baik misalnya dengan olahraga, berpantang makanan tertentu,
bahkan kalau perlu tidak menikah (ayat 3). Jika dapat melakukan semua ini, maka
orang tesebut dipandang lebih saleh atau lebih rohani dibandingkan orang yang
lain. Paulus menantang ajaran seperti ini.
Hambatan kedua, berasal dari dalam dirinya, yaitu dari
usianya yang masih muda. Pada saat memulai pelayanan, Timotius masih berusia 15
tahun.Pada saat menerima surat yang pertama ini (1 Timotius), Timotius berusia
33 tahun. Menurut tradisi Yahudi, seseorang dapat dianggap dewasa pada usia 30
tahun. Namun bagi seorang guru atau pemimpin jemaat, umur sekian ini masih
dianggap terlalu muda.
Pada usia semuda ini, Timotius harus memimpin dan
mengajar orang-orang yang lebih tua daripadanya. Hal ini membuat jemaat dan
orang lain memandang rendah Timotius. Saat itu jemaat mempersoalkan kewibawaan
Timotius sebagai pemimpin mereka. Menghadapi situasi seperti ini, apa yang
harus dilakukan Timotius? Bagaimana dia dapat meningkatkan wibawanya di depan
jemaatnya? Bagi seseorang, kewibawaan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanpa
kewibawaan, seorang pemimpin tidak akan mampu mengerakkan anak buahnya. Seorang
muda tidak ingin disebut muda. Sebab itu adalah kata-kata ejekan yang menunjukkan
ketidak matangan dan kurang pengetahuan. Ada beberapa pendapat kata ini yang
digunakan lawan Timotius untuk menjatuhkannya. Justru karena itu nasihat yang
diperdengarkan kepada Timotius adalah jangan menjadi minder dengan ejekan itu. Justru
lawanlah dengan sikap-sikap yang mampu diteladani
“Jadilah teladan” Ini merupakan salah satu syarat yang
paling penting untuk seorang pemimpin gereja. Kata Yunani yang diterjemahkan
"teladan" adalah tupos yang berarti "model",
"gambar", "ideal" atau "pola". Tupos adalah
tindakan atau sikap yang mampu mempengaruhi orang lain, orang akan kagum dan
berhenti memperolok-oloknya. Seorang
gembala sidang, terutama, harus menjadi contoh dalam kesetiaan, kekudusan, dan
ketekunan dalam kesalehan. Jabatan penilik hanya boleh diisi oleh mereka yang
dari halnya gereja dapat mengatakan, "Orang ini telah menjalankan hidup
saleh yang layak dicontoh".
Lewat keteladanan ini akan nampak, bahwa kewibawaan
seseorang tidaklah terletak pada usia, kekayaan, kepandaian (yang mungkin
dimiliki lawan Timotius), dan sebagainya. Tetapi justru pada keteladanan hidup
yang dilakoninya. Pelayanan yang efektif adalah pelayanan yang disertai dengan
kehidupan yang efektif dalam menerapkan nilai-nilai yang dianut serta
ditularkan oleh sang pelayan kepada mereka yang dilayaninya. Di atas
telah kita pelajari bahwa “Tujuan Tuhan memberikan tugas kepada hambaNya adalah
untuk membimbing jiwa-jiwa bertemu kepada Tuhan serta mengalami Tuhan dalam
kesehariannya di muka bumi ini.”
Tugas tersebut erat hubungannya
dengan kepemimpinan yang menerapkan nilai-nilai keteladanan. Kepemimpinan
seperti inilah yang akan menghasilkan dampak pergeseran penilaian dan keinginan
yang kuat kepada orang-orang di sekitarnya untuk ikut menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan mereka. Sebagai pembandingan, penulis mencantumkan 1
Timotius 4:12 dalam beberapa versi terjemahan Alkitab:
ITB : Jangan seorang pun menganggap engkau
rendah karena engkau muda, jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataan mu, dalam tingkah laku mu, dalam kasih mu, dalam kesetiaan, dalam
kesuciaan mu.
NIV : Don't let anyone look down on you because
you are young, but set an example for the believers in speech, in life, in
love, in faith and in purity. Jangan biarkan seorangpun menganggap engkau
rendah karena engkau muda Jadilah teladan bagi orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam hidup, cinta, dalam iman dan dalam kesucian.
ESV : Let no one despise you for your youth, but
set the believers an example in speech, in conduct, in love, in faith, in
purity. Jangan ada yang membenci Anda untuk pemuda Anda, tetapi mengatur
beriman contoh, dalam perkataanmu, dalam laku, dalam kasih, dalam iman, dalam
kemurnian.
NASB : Let no one look down on your youthfulness,
but rather in speech, conduct, love, faith and purity, show yourself an example
of those who believe. Janganlah memandang rendah kemudaan Anda, melainkan dalam
berbicara, perilaku, iman kasih dan kemurnian, menunjukkan diri contoh mereka
yang percaya.
NKJV : Let no man despise thy youth; but be thou an
example of the believers, in word, in conversation, in charity, in spirit, in
faith, in purity. Janganlah ada orang yang membenci masa mudamu, tetapi menjadi
teladan bagi orang percaya, dalam kata, dalam percakapan, dalam amal, dalam
roh, dalam iman, dalam kemurnian.
ERVI : Let no man despise thy youth; but be thou an
ensample to them that believe, in word, in manner of life, in love, in faith,
in purity. Janganlah ada orang yang membenci masa mudamu, tetapi jadilah engkau
seorang ensample untuk orang yang beriman, dengan kata, dengan cara hidup,
cinta, dalam iman, dalam kemurnian.
Penulis ingin mencantumkan bagaimana
caranya kita menjadi teladan?
Pertama adalah
meninggalkan hidup dosa
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi
kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi
kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi
kita.
(Ibr 12:1)
Hidup kita
bagaikan awan yang mengelilingi kita, ada banyak mata melihat dan memperhatikan
bagaimana kita hidup sebagai murid Kristus. Saat kita mengaku Kristen dan
mengenal hukum-hukum Allah tetapi hidup sebagai seteru salib, tentu orang-orang
yang ada disekitar kita akan melihat dan mereka akan menghinakan Allah karena
perbuatan kita (Rm 2:21-24).
Menyadari
bahwa mau tidak mau kita adalah teladan bagi sekeliling kita adalah permulaan
hidup menjadi teladan. Penghalang pertama adalah beban dan dosa yang membuat
kita tidak dapat menunjukan pribadi Kristus pada dunia, khususnya pada
orang-orang disekitar kita. Tinggalkan beban dan dosa, mari kita memulai hidup
kudus didalam Kristus dan menjadikan diri kita teladan bagi dunia.
Kedua adalah
buang ragi kemunafikan
Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga
mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada
murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan
orang Farisi.(Luk 12:1)
Ragi itu
mengkamirkan adonan kata 1 Kor 5:6,
sedikit saja telah membuat seluruh hidup ini menjadi rusak. Yesus memperingati
agar kita jangan munafik seperti orang Farisi.Didalam komunitas orang beriman,
kita dituntut untuk hidup kudus dan bertumbuh dalam kerohaniaan. Jika didalam
dunia status sosial seseorang dinyatakan dari kekayaan, gelar dan kedudukannya,
maka didalam komunitas orang beriman adalah kekudusan, pertumbuhan rohani dan
pengertiannya. Karena tuntutan status kerohanian inilah juga yang membuat orang
beriman dapat menjadi munafik (kemunafikan orang Farisi). Sedikit saja kita
telah berpura-pura kuat, kudus dan tanpa cacat cela, maka seluruh hidup kita
menjadi rusak (khamir) oleh kemunafikan tesebut.
Ketiga adalah
hidup didalam integritas
He who walks with integrity walks securely, But he who perverts his
ways will become known. (Ams 10:9
NKJV)
The man of integrity walks securely, but he who takes crooked paths
will be found out. (Ams 10:9
NIV)
Terjemahan
ayat (NKJV) tersebut adalah, “Dia yang berjalan dengan integritas berjalan
aman, Tapi dia yang penyimpang jalannya akan diketahui.” sedang dalam NIV
disebut “…tapi dia yang mengambil jalan bengkok akan diketahui.”
Kata “integrity” dalam kamus memiliki arti ketulusan
hati, kejujuran, keutuhan dan integritas. Kesemuannya memiliki pengertian yang
sama yaitu sesuatu yang utuh, tidak ada kepalsuan baik dari luar maupun dalam
tanpa ada yang disembunyikan menjadi sesuatu yang dapat dilihat secara lengkap
dan penuh. Kata yang panjang itu disingkat dengan kata integritas.
Didalam
Alkitab TB, kata tersebut dituliskan, “Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya,
tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.” Kata Ibrani תם (baca: tom)
yang artinya integrity diterjemahkan dengan bersih kelakuannya, tetapi jika
kita melihat dari terjemahan lain maka kita tahu kata itu bukan sekedar bersih
kelakuan saja tetapi tentang keutuhan pribadi. Bukan hanya bersih dari luarnya
saja tetapi juga didalamnya.
Hidup
didalam integritas adalah syarat yang harus ada agar hidup kita dapat menjadi
teladan bagi sekitar kita. Kita siap untuk dituru dan diikuti secara utuh
seluruh hidup kita, baik perkataan, tingkah laku, iman, pengharapan, kasih,
kesetiaan, kesucian dan ketulusan hati kita.
Keempat adalah
berpegang teguh pada pengajaran
Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh
berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula.(Ibr 3:14)
Firman Tuhan
yang telah kita dengar, kita baca dan kita percayai, haruslah kita pegang teguh
sampai kepada akhir. Tidak mudah diombang ambingkan dengan segala macam
hiruk-pikuk dunia ini (Ef 4:13-15).
Pada saat pendirian kita teguh, maka kita melangkah, memutuskan dan bertindak
juga dengan yakin dan tanpa keraguan. Karena itulah kita perlu berakar didalam
Firman Tuhan, sehingga kita memiliki pondasi iman yang kuat.Menjadi taladan
haruslah memiliki prinsip hidup yang kokoh. Memiliki panduan yang jelas
bagaimana kita menjalankan hidup ini dan tidak mudah dihasut dan dipengaruhi
oleh bujukan duniawi dan illah jaman ini.
Kelima adalah
membiasakan melawan keinginan sendiri
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.(Mat 16:24).Didalam Luk
14:27, disebutkan kalau kita tidak melakukan hal itu maka kita tidak
dapat menjadi murid Kristus, sebab seorang murid harus meneladani apa yang dilakukan
oleh gurunya yang menjadi tutor dalam menjalani kehidupan sesuai kehendak
Allah.Saat kita terbiasa menyalibkan daging ini, dan menjadi kebiasaan dalam
kehidupan kita maka gambaran Kristus terpancar dalam kehidupan kita dan
orang-orang disekitar kita melihat dan meneladani apa yang kita ajarkan dan
kita lakukan sebagai contoh hidup.
Keenam adalah rela
berbagi hidup
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja
rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan
kamu, karena kamu telah kami kasihi.(1 Tes 2:8). Bukan hanya kita menyampaikan kabar baik, mengajarkan
hukum-hukum Allah dan apa yang berkenan kepadaNya, tetapi juga kita memberi
hidup kita bagi mereka. Proses pemuridan terjadi jika kita berani membagi hidup
kita kepada orang-orang yang ada disekitar kita. Mengorbankan waktu-waktu kita
bagi mereka dan memberikan apa yang ada pada kita bagi pertumbuhan kerohanian
mereka. Bagian ini memang merupakan yang tersulit. Tidak mudah seorang
membagikan hidupnya bagi orang lain. Tetapi sebagai murid Kristus dimana kita
juga dituntut untuk memuridkan orang lain, didalamnya terdapat proses
peneladanan dan untuk menjadi teladan tidak bisa tidak terlepas dari rela
berbagi hidup dengan mereka.
Ketujuh adalah milikilah
kasih yang terus disempurnakan
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.(1 Kor 13:3).Terakhir adalah kasih. Tanpa kasih kita dapat menjadi
teladan, dapat berbagi hidup dan menampilkan sikap, perbuatan dan tindakan yang
terpuji, mulia dan diperkenan banyak orang, tetapi tanpa kasih semua itu
sia-sia. Kasih Allah yang harus mendasari semua perbuatan kita.Kasih akan
timbul dan semakin kuat jika kita hidup didalam Roh, karena kasih merupakan
bagian dari buah yang dihasilan oleh Roh Kudus (Gal 5:22-23) dan sebagai tanda bagi kita (1 Yoh 3:10). Semakin
kita menjauhkan kedagingan dan mematikan keinginannya, serta hidup didalam
pimpinan Roh Kudus maka kasih itu akan semakin tampak dan kita siap menjadi
teladan dan meneladani orang-orang yang menjadi pendahulu kita.
Timotius
masih muda, tapi usia tidaklah menjadi titik penentu. Menjadi teladan artinya
tidak ada orang yang membenci, bertindak sebagai menteri injil dalam segala
hal, sehingga orang akan menghargai.
3.Tokoh-Tokoh
Teladan Dalam Alkitab
1.Yosua
Yosua dalam bahasa Ibrani sebenarnya adalah Hosea yang
artinya "keselamatan" (Bil 13:8), tetapi Musa kemudian menambahkan
nama ilahi dan menyebutnya "Yehosyua" (Bil 13:16) yang artinya
"Tuhan adalah keselamatan" atau "semoga Tuhan
menyelamatkan"; dalam bahasa Aram "Yesyu" (Yeshua); dalam bahasa
Yunani "Iesous" (Yesus), dan dalam bahasa Indonesia menjadi
"Yosua". Tidak ada informasi tentang mengapa Musa menambah nama ilahi
dan menyebutnya demikian. Mungkin karena Musa melihat bahwa Yosua tokoh
potensial yang akan memimpin Israel sebagai wujud dari "Tuhan adalah
keselamatan". Walaupun alasannya tidak jelas, tetapi ada beberapa hal yang
dapat dijadikan acuan sebagai indikasi bahwa Yosua berpotensi menggantikan Musa
memimpin Israel memasuki Kanaan. Ayah Yosua adalah Nun dan kakeknya adalah
Elisama yang merupakan kepala suku Efraim di padang gurun (Bilangan 1:10; I
Tawa 7:27). Berarti, Yosua adalah keturunan Yusuf yang notabene mempunyai
wibawa terbesar dalam sejarah Israel pada waktu itu karena Yusuf merupakan
pemimpin besar di Mesir. Pada saat Israel keluar dari Mesir, tulang-tulang
Yusuf sedang dibawa oleh orang Israel untuk dikuburkan di tanah Kanaan (Yos
24:32). Dengan kenyataan itu maka dapat dikatakan bahwa Yosua pada waktu itu
menyandang kharisma kepemimpinan dari kakeknya, terlebih dari Yusuf sendiri.
Yosua dilahirkan dan dibesarkan di Mesir, Yosua
dipilih oleh Musa untuk menjadi pembantu pribadinya sejak usianya masih muda
(Kel 33:11; Bilangan 11:28). Yosua
adalah seorang pemberani dan berjiwa pemimpin, hal itu ditunjukkannya dengan
memimpin pasukan orang Israel dalam melawan orang Amalek (Kel 17:8-13) dan juga
pada waktu diutus menjadi pengintai ke tanah Kanaan (Bil 13:8). Yosua adalah
seorang yang setia dan sabar, hal itu ditunjukkannya ketika mendampingi Musa di
Gunung Sinai (Kel 24:13) dan tugasnya sebagai pengurus kemah suci (Kel 33:11).
Yosua adalah seorang yang taat dan beriman kepada Allah, hal itu ditunjukkan
dengan tidak ikut memberikan laporan negatif bersama sepuluh pengintai lain
yang menyebabkan orang Israel memberontak, tetapi justru berbicara kepada orang
Israel untuk tidak memberontak kepada Tuhan dan tidak takut masuk ke negeri
Kanaan (Bil 14:5-9). Yosua dilahirkan dan dibesarkan di Mesir, Yosua dipilih
oleh Musa untuk menjadi pembantu pribadinya sejak usianya masih muda (Kel
33:11; Bilangan 11:28). Pada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir,
usianya kira-kira 30 tahun. Yosua selalu mendampingi Musa dalam aktivitas
kepemimpinan Musa. Di sinilah nampaknya terjadi banyak pembentukan terhadap
karakternya.
Yosua dan Kaleb berdiri di hadapan bangsa Israel dan
berusaha dan berusaha memimpin mereka ke tanah perjanjian, mereka memiliki visi
Allah bagi umatNya untuk memasuki tanah perjanjian. Ketaatan kepada Allah itu
penting, karena Yosua dan kaleb taat sehingga mereka berdualah diantara
populasi orang dewasa Yahudi yang masuk ke tanah perjanjian. Namun bagi
pemimpin sejati ketaatan saja tidak cukup, kalau mereka tidak dapat
mempengaruhi orang lain dalam perjalanan mereka, mereka gagal untuk
melaksanakan misi yang diberikan Allah.
Yosua telah
berusaha melakukan hal yang benar, ia telah berusaha memimpin bangsa israel ke
arah yang harus mereka tuju.Yosua bukan saja benar, namun berusaha meneladani
hidup benar.Hasilnya, ia secara konsisten hidup melampaui kemampuannya sebagai
pemimpin.
2.Paulus
Nama aslinya
adalah Saulus (nama yang diambil dari bahasa Ibrani), tetapi setelah bertobat
mengambil nama dalam bahasa Yunani, yaitu Paulus. Saulus adalah seorang Yahudi
dan ia sangat bangga dengan keyahudiannya itu. Ia berasal dari suku Benyamin
dan ia juga memiliki kewarganegaraan Roma. Salah satu peranan utama dari
seorang pemimpin adalah menunjukkan teladan yang baik dan kemudian melatih
orang lain untuk mengikutinya. Paulus adalah seorang pemimpin besar
dari gereja Tuhan di abad pertama. Dalam kitab 1 Korintus 11:1 ia menulis,
“Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Ia
berhasil memultiplikasikan kepemimpinannya dengan mencetak
pemimpin-pemimpin baru yang handal. Ia berhasil mendidik Timotius menjadi
pemimpin dan gembala yang handal. Timotius pun kemudian menghasilkan
pemimpin-pemimpin baru di dalam gereja yang digembalakannya. Paulus
adalah sosok manusia biasa yang patut disebut sebagai pemimpin teladan.ia
adalah seorang pahlawan pemimpin umat yang sejati dan jiwa kepemimpinannya akan
terlihat jelas ketika ia di hadapkan pada situasi yang pelik. Kecakapannya
sebagai seorang pemimpin tidak berkaitan sama sekali dengan gelar rasulnya. Ia
bukanlah gubernur yang memerintah atas wilayah propinsi , ia tidak mengepalai
pasukan,. Tuhan telah mengaruniainya jabatan rasul, satu-satunya jabatan yang
di punyainya, yang tidak berdampak pada kewibawwan apa pun di luar lingkup
gereja.Namun dalam Kisah Para Rasul 27, kita melihat paulus mengambil alih
kepemimpinan duniawi yang bermusuhan, disaat orang lain terbukti gagal
memimpin. Teladan keemimpinan Paulus terhadap kita adalah:
1.
Pencapaian
Paulus
melihat bahwa misinya adalah untuk mengabarkan bahwa Yesus Kristus adalah Anak
Allah yang telah bangkit dari mati, dan mendirikan gereja-gereja berdasarkan
doktrin ini. Para sejarawan sepakat bahwa ketika dia memulai pelayanannya pada
sekitar pertengahan abad pertama, kekristenan adalah agama yang masih bayi
dengan sedikit pengikut saja. Saat ini lebih dari 2 milyar orang adalah orang
Kristen; ini berarti kurang lebih satu dari tiga orang adalah orang Kristen.
Tentu saja ada banyak faktor yang menyebabkan kekristenan berkembang, tetapi
kepemimpinan Pauluslah yang meletakkan dasar pertumbuhan kekristenan.
2.
Penggunaan Sumber Daya
Secara Efektif
Paulus
hampir tidak memunyai sumber daya apa-apa. Dia bahkan sering kali bergantung
pada kebaikan orang lain untuk mendapatkan tempat tinggal dan makanan. Hal ini
tidak berarti bahwa asisten-asistennya Barnabas, Silas, Timotius, dll. -- bukan
merupakan sumber daya yang berharga. Akan tetapi, dibandingkan dengan
pencapaiannya yang hebat, sumber daya yang dimiliki Paulus relatif sangat
sedikit. Pencapaiannya yang luar biasa dengan sumber daya yang sedikit
menunjukkan kekuatan dari kepemimpinannya. Paulus membuat malu para pemimpin
yang mengelola banyak sumber daya, tetapi hanya mampu mencapai perkembangan
yang biasa-biasa saja.
3.
Perlindungan Nilai-Nilai
Kelompok
Setelah
penglihatan yang ia terima dalam perjalanannya ke Damaskus, Paulus menjadi
seorang pendamai. Dalam hal ini, dia mencerminkan nilai-nilai ajaran Yesus dan
ajaran Kristen. Paulus didera, dirajam, dan dipenjarakan, tetapi dia tetap
setia dengan ajaran kekristenan mengenai damai. Dia berhasil menyebarkan firman
kekristenan tanpa melakukak kompromi terhadap nilai-nilainya.
Paulus sama
sekali tidak berniat mencari ketenaran, oleh karena itu dia tidak pernah
mencari pembelaan diri.Paulus juga memiliki sikap pemberani ,dengan penuh
keberanian ia berdiri di hadapan mahkama agama, orang banyak yang marah,
gubernur, raja dan terutama guru palsu. Ia sama sekali bukan orang yang lemah
atau pengecut.
Umat
membutuhkan pemimpin yang dapat diteladani, dalam segala segi baik karakter,
manajemen, pelayanan maupun mau bekerja keras untuk memimpin orang-orang.
Kepemimpinan Kristen bukanlah
mau memerintah, akan tetapi menjadi teladan
hidup. Pemimpin sukses adalah orang yang mampu mencetak pemimpin baru,
dan bukannya iri atau takut tersaingi bila bawahannya sukses. Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang memperhatikan bawahannya. Mencukupi kebutuhan
hidupnya agar mereka dapat berkonsentrasi melakukan tugas pelayanan yang
dibebankan tanpa harus dipusingkan akan persoalan makan, minum, pakai. Pantang
menyerah, inovatif dan terus mengembangkan diri merupakan kualitas yang harus
diperhatikan juga. Dengan demikian, akan membuat pelayanan pemimpin itu semakin
efektif dan berhasil mencapai visi yang ingin diraihnya.
3.Timotius
Timotius (Yunani, τιμοθεος - TIMOTHEOS, dari kata τιμη - TIMÊ, menghormati, dan θεος – THEOS, Allah; jadi τιμοθεος - TIMOTHEOS, menghormati Allah). Ibu: Eunike, disebut
pertama : Kis 16:1, namanya disebut : 24 X, kitab yang menyebut : Kisah Para
Rasul, Roma, I Korintus, 2 Korintus, Filipi, Kolose, I Tesalonika, 2
Tesalonika, I Timotius, 2 Timotius, Filemon dan Ibrani. Pekerjaan : Penginjil
dan gembala, tempat kelahiran : Listra, Ibrani 13:23
Fakta penting : Paulus mengalamatkan dua Surat Perjanjian Baru kepadanya.
Fakta penting : Paulus mengalamatkan dua Surat Perjanjian Baru kepadanya.
Timotius adalah anak yang lahir dari perkawinan
campuran: ibunya wanita Yahudi, jelas mengajar dia mengenai Kitab Suci,
bapaknya seorang Yunani (Kisah 16:1; 2 Tim 1:5). Kampung halamannya Listra
(Kisah 16:1) dan dia sangat dihormati oleh saudara-saudaranya orang Kristen
baik di sana maupun di Ikonium (Kisah 16:2). Kapan dia menjadi Kristen tidak
diberitakan secara khusus. Tapi suatu kesimpulan yg dapat diterima ialah, bahwa
dia bertobat waktu Paulus dalam safari pertama penginjilannya mengunjungi
Listra, dan bahwa ia menyaksikan penderitaan Paulus pada peristiwa itu (2 Timotius 3:11). Menjelang
perjalanan safari kedua Paulus melalui
daerah itu, ibu Timotius sudah menjadi Kristen juga.
1. Pribadi
Timotius.
a. Dia dari
Listra dan mungkin ia diselamatkan dalam misi Paulus yang pertama Kis 14:19-20; 16:1-2
b. Ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois adalah perempuan-perempuan Yahudi yang saleh, Tetapi ayahnya adalah orang Gerika yang menyembah berhala. Kis 16:1-2; 2 Tim 1:5
c. Dia mengenal Firman Allah. 2 Tim 3:14-15
d. Dia besar imannya. 2 Tim 1:5
e. Paulus menghargainya sebagai anak sendiri dalam iman. 1 Tim 1:2; 2 Tim 1:2
f. Ia seorang pribadi yang hati-hati. l Tim 4:12,14-16
g. Di dalam keadaannya, dia adalah manusia Allah. 1 Tim 6:11
b. Ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois adalah perempuan-perempuan Yahudi yang saleh, Tetapi ayahnya adalah orang Gerika yang menyembah berhala. Kis 16:1-2; 2 Tim 1:5
c. Dia mengenal Firman Allah. 2 Tim 3:14-15
d. Dia besar imannya. 2 Tim 1:5
e. Paulus menghargainya sebagai anak sendiri dalam iman. 1 Tim 1:2; 2 Tim 1:2
f. Ia seorang pribadi yang hati-hati. l Tim 4:12,14-16
g. Di dalam keadaannya, dia adalah manusia Allah. 1 Tim 6:11
Timotius
yang mempunyai kepribadian positif. Kepribadiannya tersebut merupakan hasil
latihan kedisiplinan yang dilakukan Paulus. Paulus telah banyak memberinya
kesempatan juga petunjuk, mengajar dan mendidiknya, selagi Timotius masih muda.
Timotius selalu diingatkan untuk tetap berpegang pada kebenaran yang telah ia
terima dan yakini. Khusus kepada Timotius, rasul Paulus memberi
perhatian dan asuhan rohani. Sebab ciri yang menonjol dari kepribadian Timotius
adalah dia tidak memikirkan kepentingannya sendiri dan selalu berupaya
sehati-sepikir dengan para rekan sepelayanannya. Karena itu Timotius selalu
memikirkan sungguh-sungguh jemaat yang dilayaninya. Timotius juga
memperlihatkan sikap yang setia, dan kesetiaannya teruji. Di Fil. 2:22 rasul
Paulus berkata: “Kamu tahu bahwa
kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil
sama seperti seorang anak menolong bapanya”. Selain itu Timotius
memperlihatkan sikapnya yang berbudi luhur di mana dia menolong rasul Paulus
dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. Tidak
mengherankan jikalau rasul Paulus memberi kepercayaan yang begitu besar kepada
Timotius. Untuk menangani persoalan-persoalan jemaat di Filipi, rasul Paulus
meminta Timotius datang melawat mereka. Dalam hal ini rasul Paulus sebagai bapa
rohani telah mendelegasikan tugas dan mengkader Timotius selaku pelayan
Kristus. Kepemimpinan iman Kristen didasarkan kepada kepercayaan akan
integritas, kematangan iman dan karunia-karunia rohani. Untuk itu setiap kader
harus dibina dan diuji dalam situasi konkret, sehingga mereka dapat melatih dan
mengembangkan seluruh anugerah rohani secara matang.
Timotius
bertugas mewakili Paulus membina gereja di kota Tessalonika, Filipi dan
Korintus. Dengan tugas-tugas itu Timotius dipersiapkan menjadi penerus
pekerjaan Paulus. Sesudah dibina sekitar sepuluh tahun, Timotius dipercaya
untuk menggembalakan umat di kota Efesus. Sementara itu Paulus tinggal di
Makedonia, namun kemudian dipenjara lagi di Roma. Pada masa itulah Timotius
menerima dua pucuk surat dari Paulus yaitu, 1 timotius dan 2 timotius. Akhir
hidup Timotius memang mengenaskan. Ia dibunuh dalam kerusuhan agama pada tanggal
22 Januari tahun 97 di depan kuil Artemis di kota Efesus. Tetapi, hidupnya jauh
dari sia-sia. Ia merintis pekabaran Injil yang menjadi cikal bakal gereja
hingga masa sekarang. Ia melindungi umat yang dianiaya di Tessalonika. Ia
mendampingi umat yang tergoncang iman di Korintus. Timotius anak keluarga
sederhana yang dibesarkan di kota Listra telah menjadi pemimpin dan pemikir
gereja perdana.
B.Konsep
Keteladanan
1. Dalam
Perkataan
Paulus
menghendaki Timotius dapat menjadi teladan bagi orang-orang percaya dalam
perkataan. Perkataan dalam bahasa Yunani “Logos” yang memiliki makna
yaitu:perkataan, pembicaraan, pemberitaan, firman, khotbah,. Menyatakan bahwa
kita selalu berkata-kata jujur dan penuh kasih. Menjadi teladan dalam perkataan
kita harus berkata jujur, mengucapkan kata-kata yang membangun, dapat memberi
semangat atau dorongan kepada orang lain.
2.Dalam
Tingkah laku
Tingkah laku dalam bahasa yunani
“Anastrophe” yang memiliki makna yakni: cara hidup, prilaku, sikap. Mengandung
arti bahwa kehidupan kita harus di kendalikan oleh firman Allah, dalam tingkah
laku harus sabar, bertanggung jawab dan
berintegritas.
3.Dalam
Kasih
Kasih dalam yunani “Agape”artinya:
Kasih yang sejati, kasih illahi, kasih tanpa syarat, kasih yang rela berkorban,
kasih yang tidak akan di goyahkan oleh karena situasi- kondisi yang bangaimana
pun buruknya. Menunjuk kepada motivasi kehidupan kita dan hanya Tuhan yang
dapat memampukan kita mengasihi dengan kasih “Agape”. Dalam kasih (Agape) kita
mampu mendoakan musuh-musuh kita dan mampu memberkati orang yang membenci kita.
4.Dalam
Kesetiaan
Kesetiaan dalam bahasa
Yunani”Pistis” kepercayaan, iman, kesetiaan. Menyatakan bahwa kita percaya
kepada Allah dan setia kepadaNya. Dalam bahasa aslinya kata “iman” dan
“kesetiaan” memiliki akar kata yang sama (pistis). Inggris: Faithfull = Penuh
Iman = Setia. Bhs Grika: Phistos = Setia. Phitis = Iman, Setia. Jadi iman tidak
terlepas dari setia. Orang yang tidak setia, menurut Ul 32:20 adalah suatu
angkatan yang bengkok. Tuhan akan menyembunyikan wajah-Nya dari angkatan yang
bengkok ini. Bagi yang tetap setia, Tuhan akan menjagai dengan damai sejahtera
(Yes 26:2-3).
Iman memang
selalu membawa kepada kesetiaan. Kesetiaan berarti selalu bertanggung jawab
dalam pelayanan, dalam tugas yang dipercayakan.
5.Dalam
Kesucian
Kesucian dalam bahasa Yunani
“Hagneia” kemurnian hidup tanpa cacat cela, memelihara agar hati, pikiran tetap
suci dan murni, menjauhkan diri dari hal-hal yang negatif.
C.Prinsip
keteladanan
1.Secara
umum
Keteladanan adalah sikap mendidik
yang utama. Orang tua boleh menggunakan metode yang paling ampuh dan yang
paling mutahir untuk mendidik anak, namun satu hal yang tidak dapat dilupakan
orang tua harus dapat memberi teladan bagi anak. Mendidik tanpa memberi teladan
sama halnya dengan bercerita kepada orang yang sedang tidur pulas. Keteladanan mengandung sebuah
konsekwensi bahwa apa yang di sampaikan tidak cukup hanya dengan kata-kata
saja, kaia-kata perlu di topang dengan perbuatan nyata. Agar orang lain tidak
hanya mendengar kata-kata kosong yang tidak berkolerasi dengan akar perbuatan
yang kuat.
Keteladanan adalah perintah tanpa
kata-kata. Orang lain lebih senang mengikuti keteladanan daripada perintah,
karena itu keteladanan adalah cara yang lebih efektif untuk mempengaruhi orang
lain. Meskipun prinsip keteladanan sangat efektif namun penerapannya tidaklah
sederhana. Harus memerlukan konsistensi dan integritas serta kejelian dalam
menerapkan apa saja yang memberikan keteladanan bagi orang lain. Mengajar
hanya 40% sedangkan mendidik 60%. Mendidik itu sebenarnya tidak terlalu sulit,
yang penting memberikan contoh-contoh moral yang baik. Walaupun kita tanpa
banyak berbicara, namun tingkah laku dan keteladanan kita sangat besar
pengaruhnya terhadap anak didik. Keteladanan bisa bermunculan bila semua orang
berobsesi dan terketuk hatinya untuk melakukan perubahan.
2.Secara
Khusus
Pemimpin muda Kristen
tidak mungkin orang yang sempurna, namun ia dapat menjadi teladan bagi
anggotanya. Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.”
Jadilah teladan bagi orang-oarang percaya, dalam perkataan mu, dalam tingkah
laku mu, dalam kesetiaan mu dan dalam kesucian mu” ( 1 Tim 4:12). Menurut ayat
di atas keteladanan itu dalam perkataan, tingkah laku (dalam arti luas), kasih,
kesetiaan, kesucian (bukan hanya dalam hal seksualitas, tapi juga kesucian dan
integritas hati, serta tingkah laku). Prinsip keteladanan ini sangat ditekankan
Paulus (I Kor. II:1; Fil. 3:17). Ini merupakan prinsip pemuridan yang fundamen
dalam kekristenan. Itu sebabnya pengajaran paulus tentang keteladanan masih
relevan sampai masa kini. Dapatkah
seorang pemimpin gereja mengajar dan mempengaruhi anggota jika teladannya tidak
bersesuaian dengan ajarannya? Tentu tidak dapat, Sehingga mengawasi diri tidak
terlepas dari mengawasi ajaran (I Tim. 4:16).
D.Dampak
Keteladanan
1.Dalam
pelayanan
Yesus sudah memberi teladan bagi
kita dalam pelayanan, keteladanan ini“bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa” (Mat. 20:28) “Jadi jikalau Aku membasuh
kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Guru-mu, maka kamupun wajib saling membasuh
kakimu; sebab Aku telah memberikan teladan kepada kamu, supaya kamu juga
berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:14-15) Kita sering
melupakan. Kita lebih senang dengan keteladanan Yesus sebagai Raja, sebagai
Penguasa; mampu mengadakan mujizat, menyembuhkan yang sakit, mengajar dan
memerintah. Kita senang meniru keteladanan ini, sebab sebagai raja atau anak
raja, penguasa, sangat dihormati dan dihargai. Kita senang dihormat. Kita
mendambakan penghargaan orang dan rindu untuk mempunyai kuasa seperti Yesus.
Keteladanan Yesus sebagai Hamba yang menderita sering kita abaikan. Kita lebih
suka mengikuti keteladanan yang hebat, yang spektakuler, yang megah.
Inilah keteladanan pelayanan yang harus ada pada diri
setiap orang yang mengaku dirinya sebagai pelayan atau hamba Tuhan, atau yang
mengaku “sedang melayani Tuhan”. Banyak orang yang mau “melayani” tetapi
sedikit yang mau menjadi pelayan. Yesus tidak mengajarkan melayani sebagai
penguasa, melainkan sebagai hamba. Karena itu benarkah seseorang itu terpanggil
untuk melayani atau hanya ingin menyatakan ambisi pribadinya. Pelayanan sebagai
pelayan adalah panggilan Allah. Jika pemimpin itu memberi teladan yang benar,
umatnya akan berupaya untuk berbuat yang demikian, tetapi jika sebaliknya yang
ditunjukkan, kehancuran kehidupan rohani umat tak kan terelakkan. Keberadaan
seorang pemimpin dalam pekerjaan pelayanan amatlah dibutuhkan.
Swindol menganjurkan, “Pemimpin
perlu memiliki dan meningkatkan dua hal penting yakni ‘kulit seperti badak, dan
‘hati yang benar.” Sebagai seorang pemimpin, tidak sedikit keritikan dan
berbagai tudingan yang diarahkan kepadanya. Untuk itu, ia perlu memiliki kulit
seperti badak. Sebagaimana badak yang memiliki kulit yang cukup tebal untuk
tahan terhadap terpaan hujan dan badai serta sengatan terik matahari, demikian
pula dengan pemimpin, ia harus tahan menghadapi badai keritikan, cemooh,
umpatan, fitnahan, dll.”[18]
Betapa penting bagi seorang pemimpin Kristen
menunjukkan teladan yang benar kepada umat gembalaannya.
When the King is good, the people
will become good, when the Church leaders are good, the members will become
good. (Bila sang raja baik, rakyat akan baik, bila para pemimpin gereja baik,
jemaat akan menjadi baik). “Bila para pemimpin dalam perjalanan hidup
sehari-hari mengakui kebenaran itu dan memperagakan teladan hidup dari
kehidupan Kristus, maka terang akan bersinar dari mereka yang memimpin orang
lain kepada Penebus.”[19]
Ogden mengingatkan “para pemimpin
yang rohani dan benar untuk tidak memaksakan dan mengancam orang lain mengikuti
apa yang mereka inginkan dan mintakan, tetapi memberikan teladan yang baik dan
benar agar para pengikut mereka akan menurut dan melakukannya dengan senang
hati.”[20]
Pemimpin itu harus menjaga hubungan yang baik yang ia
jalin bersama orang lain yang ia pimpin. Agar hubungan tetap terbina dengan
baik, ia harus menunjukkan pengaruh dan pelayanan yang benar. Panggilan kepada
suatu tindakan artinya, bahwa pemimpin itu harus berbuat sesuatu untuk kemajuan
pekerjaan yang dipercayakan Allah kepadanya. Para pemimpin seperti ini adalah
pemimpin betul-betul pekerja untuk tanggunggjawab yang dipundakkan kepadanya.
2.Dalam
Keluarga
Keluarga sebagai tim yang terdiri dari suami,
istri dan anak. Keteladan yang baik perlu ditunjukkan
oleh guru atau warga sekolah lainnya, terlebih dari keluarga dalam hal ini
adalah orang tua. Peran orang tua justru sangat vital dalam membentuk karakter
seorang anak, karena keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak
sebelum mereka bersosialisasi dengan dunia luar. Peran orang tua sebagai figur
sentral dalam menerapkan pendidikan anak-anak, sungguh sangat vital.
Mengutamakan motivasi, keteladanan, serta menularkannya secara simultan terus
menerus adalah tiang penyangga penting dalam upaya mengajarkan nilai luhur
hidup berkeluarga. Tindakan loyalitas dalam lembaga keluarga serta semangat
saling menularkan merupakan nilai edukasi budi-pekerti, diharapkan memperkuat
rancang bangun wadah keluarga yang bertanggungjawab. Semangat membaharui diri-
keluarga selayaknya dijaga, serta mengupayakan langkah pemikiran yang
berorientasi ke masa depan dan berkesinambungan.
Bagaimana kita menularkan keteladanan dalam hidup
berkeluarga? Disiplin, salah satu kata kunci menuju eksistensi dan jiwa
kebangkitan keluarga bahagia-sejahtra. Saling belajar dan melakukan
transparansi seluruh masalah dan tantangan terutama tentang keuangan merupakan
langkah positif dalam upaya penataan kelangsungan ekonomi keluarga secara
terampil, agar selaras dengan penghasilan dan pengeluaran membutuhkan
kedisiplinan dan pengendalian diri kolektif. Dalam kebersamaan, pengelolaan
ekonomi keluarga paling efektif, adalah dilakukan antara Ayah-Ibu dan
partisipasi Anak-anak. Adanya keterbukaan, mendorong anggota keluarga dapat
melihat, dan menempatkan tingkat kepentingan bagi kebutuhan paling mendesak.
Kerja merupakan wujud tanggungjawab semua anggota keluarga. Anggota keluarga yang bekerja, memperoleh pendapatan yang digunakan untuk biaya hidup keluarga. Uang merupakan sub bagian, faktor penting bagi keutuhan keluarga dalam pemaknaan; uang adalah sarana komunikasi kasih dan sayang yang dialokasikan bersama sarana pendukung lainnya demi mendukung kredibilitas hidup berkeluarga.
Kerja merupakan wujud tanggungjawab semua anggota keluarga. Anggota keluarga yang bekerja, memperoleh pendapatan yang digunakan untuk biaya hidup keluarga. Uang merupakan sub bagian, faktor penting bagi keutuhan keluarga dalam pemaknaan; uang adalah sarana komunikasi kasih dan sayang yang dialokasikan bersama sarana pendukung lainnya demi mendukung kredibilitas hidup berkeluarga.
Belajar mencari cara yang tepat untuk mencapai
keluarga ideal sesuai yang diharapkan, semakin menyempurnakan tanggungjawab
terciptanya penataan hidup berkeluarga. Artinya, yang bertanggungjawab adalah
keluarga yang setia pada perjanjian semangat panggilan hidup berkeluarga;
bertanggungjawab terhadap diri sendiri, pasangan, anak, sehingga secara
bersama-sama mampu bangkit membangun keluarga dan lingkungan.keteladanan Model
dan cara hidup orang tua adalah kunci utama bagi anak dalam proses membentuk karakter
dan membangun kepribadian. Bagi anak, orang tua adalah sosok paling istimewa
dan paling dominan dalam kehidupan mereka. Sebab, potensi meniru semua perilaku
orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama orang tua, masih sangat dominan,
bahkan hampir mencapai 100%. Begitu besarnya peran orang tua bagi anak, Zakiah
Darajat menggambarkan orang tua sebagai pusat rohani, sehingga setiap reaksi
emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari selalu terpengaruh oleh sikapnya
terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya.
Karena pentingnya peran orang tua dalam kehidupan
anak, maka keteladanan orang tua menjadi prinsip dasar dalam pembentukan
kepribadian dan karakter anak. Ketika berbuat baik dimulai dari orang tua, maka
anak akan melihatnya sebagai role model dalam kehidupannya, sehingga
jika contoh tersebut terekam kuat dalam memori mentalnya, maka peran teladan
akan menjadi lebih berfungsi daripada seribu kata-kata. Anak memiliki
kecenderungan untuk menyimpang dan lebih mudah belajar dengan contoh daripada
dengan aturan . Teladan yang baik dari orang tua dan
ditindaklanjuti dengan pembiasaan berbuat baik dalam diri anak akan melahirkan
karakter dan cara hidup beragama yang baik pula, termasuk dalam menunaikan
kewajiban agama. Jika hal itu terjadi, anak tidak perlu merasa dipaksa untuk
beribadah, berkorban dan melakukan perbuatan baik yang lain hingga dirinya
mencapai usia dewasa.
Masa keemasan atau golden age
(0-5 tahun) ssesunnguhnya dijadikan fase awal bagi pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Dalam memainkan berbagai fungsinya, baik sebagai pengasuh,
pendidik, pendamping atau apa pun namanya bagi anak, orang tua harus memahami
betul tahapan-tahapan perkembangan anak sejak pre-natal. Sejak dini, orang tua
bertanggung jawab untuk mengasuh anak tidak hanya secara fisik semata, namun
juga dalam segi mental, emosional, dan spiritualnya. Karena itu, keteladanan
menjadi sangat penting, agar anak mendapatkan hak asuhnya secara paripurna dari
orang tua dalam keluarga. Keteladanan
harus mampu diterjemahkan secara konkret dan fleksibel dalam dunia anak
yang suka bermain dan bergerak, bukan malah diterapkan secara kaku dan kukuh. Pembinaan
ketaatan beribadah pada anak juga dimulai dari dalam keluarga. Anak yang
masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih disenangi dan menarik baginya adalah
yang mengandung gerak, karena pengertian agama belum dapat dipahaminya.
Anak-anak suka melakukan ibadah, meniru orang tuanya, kendatipun dia tidak
mengerti apa yang ia lakukan. Kasih sayang dan perhatian keluarga, khususnya
orang tua, akan meninggalkan bekas yang positif dalam perkembangan jiwa
anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik
bagi anak
Pada diri setiap anak terdapat suatu
dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat melakukan
sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa
sensitif bagi anak, sebab apa yang dilihat dan didengarnya akan selalu ditiru
tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan
kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini
secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari. “dalam
praktek pendidikan dan pengajaran, metode keteladanan dilaksanakan dengan dua
cara, yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect).
Di samping itu, orang tua juga
berperan sebagai Pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian
orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan usnur-unsur pendidikan yang
tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak dalam
masa pertumbuhan itu. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Charles Schaefer
yang mengemukakan bahwa: “pengetahuan anak mengenai sikap yang benar dan
diterima orang lain sebagian besar diperoleh dengan menyerap dan menirukan
sikap orang tua. Oleh karena itu, hal tersebut perlu disadari dan
diperhatikan orang tua agar dapat memberikan teladan yang baik dan benar”[21]
Orang tua memang memegang peranan
yang penting dalam hal mencukupi pendidikan agama pada anaknya, mereka dituntut
untuk mengetahui tentang ilmu agama/ajaran-ajaran agama. Selain itu,
orang tua juga harus memberikan perhatian khusus terhadap anak, agar mereka mau
melaksanakan ibadah dengan rasa ringan (tanpa beban) sekaligus menjiwai dan menerapkannya
dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan
jalan member contoh praktek-praktek ibadah kepada anaknya. Praktek ibadah
yang terlihat secara nyata di dalam lingkungan keluarga akan memberikan dampak
yang positif bagi anak.
Lingkungan keluarga juga merupakan tempat/sarana
pembinaan kepribadian anak yang mendasar dan memiliki waktu yang lebih luas
daripada sekolah, sehingga apapun yang dibutuhkan telah diberikan sejak kecil
oleh orang tua dan lingkungannya hingga dewasa nanti. Dengan demikian, faktor
identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi
terbina, terdidik dan belajar dari pengalaman langsung. Hal ini pula yang
nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau pengajaran lewat instruksi
dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata. Dalam lingkungan keluarga,
pendidikan yang berlangsung di dalamnya adalah pendidikan informal, dengan
orang tua berperan sebagai pendidik.
3.Dalam
Pemuda Remaja
Salah
satu penyebab banyak orang muda tergolong selalu terpengaruh adalah karena
tekanan sosial atau teman membuat iman mereka lemah dan kebenaran mereka
lumpuh. Pada umumnya, orang muda mau sama dengan temannya, dan tidak mau
berbeda sebab takut ditolak atau dikucilkan. mencapai integritas dan kematangan
diri atau kepribadian. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak
menuju dewasa, antara usia 11-20 tahun. Orang dewasa memiliki status sosial
primer, yaitu diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Sedangkan
kanak-kanak, statusnya diperoleh dari pemberian orang tua dan masyarakat.
Sementara remaja, statusnya "interim" -- sementara atau peralihan.
Sebagian diberikan orang tua dan masyarakat, sebagian lagi melalui usaha
sendiri sehingga menimbulkan prestise. Banyak orang yang memandang kenakalan
remaja sebagai sesuatu yang negatif. Sesuatu yang harus dianggap haram untuk
dilakukan oleh remaja. Pada kenyataannya memang kita sering menjumpai kenakalan
remaja yang amat merugikan. Seperti tawuran pelajar, mabuk-mabukan, free sex,
penggunaan obat-obatan terlarang, terlibat dalam tindak kriminal dan
sebagainya. Terhadap hal tersebut, tentu saja kita semua setuju jika remaja
harus menghindarinya.
Di
pihak lain, remaja ibarat di sebuah persimpangan jalan. Remaja bukanlah sosok
pribadi dewasa yang sudah matang dan berpengalaman. Tetapi bukan pula sosok
anak-anak yang tidak tahu apa-apa. Justru dalam posisi tanggung seperti itu,
maka remaja berada dalam posisi rawan. Mereka sedang mencari jati diri, dan
ingin mencoba sesuatu yang masih baru dalam pengalaman mereka. Oleh sebab itu,
dalam penanganan remaja dibutuhkan sikap bijak dari pihak orang tua maupun
pembimbing remaja. Sikap menghakimi tentulah bukan sikap yang tepat dan baik.
Yang paling penting adalah sikap mau mengerti dan memahami dinamika yang
terjadi dalam dunia remaja, dan mau bersikap sebagai sahabat yang mampu
memberikan masukan-masukan yang menjadi kebutuhan mereka. kenakalan remaja
tidak bisa kita pandang sebagai satu sisi dari keburukan remaja saja, tapi kita
perlu juga melihat sisi-sisi lain, sehingga kenakalan tidak semakin merusak
kehidupan remaja, tetapi mau menjadi wadah kreatifitas remaja dalam
mengembangkan diri menuju sosok dewasa yang lebih bertanggung jawabTugas utama
remaja berdasarkan perkembangan usianya adalah :
Pertama,
melepaskan ketergantungan dari orang tua dan masyarakat untuk mencapai
kebebasan dan kemandirian.
Kedua, mencari identitas diri atau
identifikasi untukuntuk mencapai integritas dan kematangan diri atau
kepribadian.
Dalam sosiologi
dijelaskan, proses identifikasi (pembentukan kepribadian) sering diawali oleh
adanya imitasi (meniru) dan atau sugesti (pengaruh), identifikasi(pembentukan kepribadian) sangat
memerlukan keteladanan.
[1] Departemen pendidikan dan
kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia cetakan ke tiga, (Jakarta:
balai pustaka, 1994), hlm.520.
[5]
Http//.www.ebsoft.web.id>11.30 am>091211
[7] Ensiklopedia Alkitab Masa
Kini, Jilid II, 2002, hlm.479.
[8] J.Wesley Brill, Tafsiran
surat Timotius dan Titus, Yayasan Kalam Hidup, 1996, hlm.10.
[10] J.Wesley,Op.Cit,hlm.9.
[11]Imotius Agus.Diktat surat Penggembalaan,
thn 2005,ATHAS,hlm.4.
[15]Ken Blanchard.Hati Seorang Pemimpin,
tahun 2011, Hlm 18,19.
[16] Samuel H.Tirtamihardja.Pemimpin
Adalah Pemimpi, tahun 2007,Hlm 2.
[17]Http//.www.Goegle.Web.id>17.07 am>140212
[18] Charles Swindol, dikutip oleh Roy B.
Zuck, dalam The Speaker’s Quote Book. Grand Rapids: Kregel, 1997,
hal. 225.
[20] Greg Ogden. Servant Leadership.
Chapter in James D. Berkley. Leadership Handbook of Management and
Administration. Manila: Christian Literature Crusade, 1994, hal. 151.
[21] Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi
Anak, (Semarang: Dahara Prize, 1994), Cet. ke-5, h. 16
Langganan:
Postingan (Atom)